43 research outputs found

    PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN ISOTONIK TERHADAP MEMORI PADA KEADAAN DEHIDRASI

    Get PDF
    Background: Sport is one of popular activities throughout the world. One of the biggest problems found among athletes in sports is dehydration, which causes many bad health issues for athletes themselves. The bad health issues caused by dehydration, several of them are disturbance and decrease of the memory. Therefore, rehydration is required to overcome the bad effects of dehydration. Aim: To know the effect of rehydration on memory Method: This research uses experimental method. The research subjects are the medical students of Diponegoro University (n=31) whom being dehydrated and rehydrated with isotonic water. Their memories are measured by using code and memory tests. A changing of memories among groups is analyzed with Kruskal Wallis and continued with Mann-Whitney test. Result: It is found that there is a decrease of memories after dehydrating condition rather than before dehydrating condition. Wilcoxon test shows an increase of memory function after rehydration which is significant in group of isotonic water rehydration (p=0,006) and mineral water rehydration (p=0,026).Otherwise, there is a significant ecrease of memory function in group of non-rehydration (p=0,035). Furthermore, the result of Kruskal Wallis shows the significant difference (p=0,022) in memory test among groups. Conclusion: Dehydration decreases memory function, while rehydration with isotonic and mineral water can significantly increase memory function. Keywords: Rehydration, dehydration, memory, isotonic water, mineral water *Undergraduate of Faculty of Medicine Diponegoro University Semarang **Staff of Physiology Department Faculty of Medicine Diponegoro University Semaran

    HUBUNGAN ANTARA SKOR KERAPUHAN DENGAN LAMA RAWAT PASIEN LANJUT USIA : Studi pada Bangsal Rawat Inap Geriatri RSUP Dr. Kariadi Semarang

    Get PDF
    Latar Belakang : Salah satu masalah pada lansia adalah kerapuhan. Hal ini ditandai dengan penurunan kemampuan fisik dan kognitif yang dapat menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap berbagai hal yang merugikan. Skor kerapuhan sebagai parameter kerapuhan diduga memiliki hubungan dengan lama rawat inap pasien lansia. Tujuan : Mengetahui adanya hubungan antara skor kerapuhan dengan lama rawat pasien lansia. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain longitudinal prospektif. Data diambil dari hasil wawancara menggunakan Edmonton Frail Scale dan catatan medik pasien lansia yang dirawat inap di bangsal geriatri RSUP Dr. Kariadi selama periode Mei - Juni 2013. Pasien dipantau sampai pulang untuk mendapatkan data lama rawat inap. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil : Terdapat 40 pasien lansia yang bersedia menjadi subyek, namun 1 subyek dieksklusi karena pindah ke ruang perawatan lain. Rerata skor kerapuhan pasien lansia di bangsal geriatri RSUP Dr. Kariadi sebesar 7,9+2,67. Rerata lama rawat 7,6+3,67 hari, sedangkan rerata bobot komorbiditas sebesar 0,4+0,64. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara skor kerapuhan terhadap lama rawat pasien lanjut usia (p=0,728, r= -0,058). Begitu pula komorbiditas sebagai variabel perancu juga tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap lama rawat pasien lansia (p=0,722, r = -0,059). Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara skor kerapuhan dengan lama rawat pasien lansia. Kata Kunci : Kerapuhan, lama rawat, komorbidita

    MUSIK KLASIK MENURUNKAN TINGKAT STRES MAHASISWA YANG AKAN MENGHADAPI UJIAN

    Get PDF
    Latar belakang: Ujian merupakan salah satu penyebab utama stres pada mahasiswa. Terdapat berbagai cara untuk menurunkan tingkat stres pada mahasiswa, salah satunya menggunakan terapi musik. Tujuan: Membuktikan bahwa musik klasik dapat menurunkan tingkat stres mahasiswa yang akan menghadapi ujian. Metode: Penelitian ini adalah eksperimental dengan pre test post test randomized control group design dan post test only randomized control group design. Penelitian dilaksanakan di laboratorium fisiologi FK Undip pada tanggal 18 April 2016. Subjek penelitian adalah mahasiswa Kedokteran FK Undip angkatan 2015, dibagi menjadi kelompok perlakuan (n=20) dan kelompok kontrol (n=20). Denyut jantung diukur menggunakan pulse oxymeter, tekanan darah diukur menggunakan sfigmomanometer digital sebelum dan sesudah diberikan musik klasik, dan kecemasan diukur menggunakan CTAS sesudah diberikan musik klasik. Data berdistribusi normal diuji menggunakan uji t tak berpasangan dan data berdistribusi tidak normal diuji menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil: Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada tekanan darah sistolik antara kedua kelompok (p=0,002), sedangkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada denyut jantung (p=0,308), tekanan darah diastolik (p=0,205), dan kecemasan (p=0,721) antara kedua kelompok. Kesimpulan: Perbedaan yang bermakna hanya didapatkan pada tekanan darah sistolik, menunjukkan bahwa musik klasik tidak dapat menurunkan tingkat stres mahasiswa yang akan menghadapi ujian secara signifikan. Kata kunci: ujian, stres, musik klasi

    PENGARUH KONSUMSI COKELAT TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN PRAUJIAN

    Get PDF
    Latar Belakang: Kecemasan sering terjadi pada mahasiswa yang akan menghadapi ujian. Mahasiswa yang cemas akan mengalami peningkatan laju metabolisme tubuh. Tingkat kecemasan dapat dinilai dengan skor HARS, denyut nadi dan tekanan darah. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan adalah mengonsumsi cokelat. Cokelat memiliki kandungan alkaloid dan protein seperti triptofan yang berkaitan dengan mood dan suasana hati. Tujuan: Membuktikan efektivitas cokelat dalam menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa Fakultas Kedokteran praujian. Metode: Penelitian eksperimental dengan pretest-posttest control group design. Sampel sebanyak 36 mahasiswa Universitas Diponegoro yang dibagi menjadi dua kelompok dengan simple random sampling, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang mengonsumsi cokelat 50gram selama 3 hari pada waktu seminggu sebelum ujian. Tingkat kecemasan dinilai dengan mengukur skor HARS, denyut nadi dan tekanan darah. Uji statistik menggunakan uji t berpasangan dan uji Wilcoxon. Uji beda 2 kelompok menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney. Hasil: Uji statistik memberikan hasil penurunan yang bermakna setelah perlakuan untuk skor HARS (p<0,001) dan denyut nadi (p=0,003). Pengukuran tekanan darah didapatkan penurunan yang tidak bermakna untuk tekanan sistolik dan diastolik dengan nilai p>0,05. Uji perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah perlakuan antar kedua kelompok memberikan hasil yang bermakna untuk skor HARS (p<0,001), denyut nadi (p=0,03) dan tekanan sistolik (p=0,02), namun tidak bermakna pada tekanan diastolik dengan nilai p=0,2. Kesimpulan: Terdapat penurunan tingkat kecemasan mahasiswa praujian yang mengkonsumsi cokelat dan terdapat peningkatan tingkat kecemasan pada kelompok yang tidak mengkonsumsi cokelat. Kata kunci: Cokelat, denyut nadi, diastolik, sistolik, skor HARS, tekanan darah, tingkat kecemasan

    GAMBARAN PERESEPAN DIGOKSIN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG YANG BEROBAT JALAN DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

    Get PDF
    Latar Belakang : Gagal jantung adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Prevalensi gagal jantung semakin meningkat dan menimbulkan penurunan kualitas hidup. Dalam pengobatan gagal jantung telah disusun pedoman terapi medikamentosa sebagai petunjuk dan rekomendasi dokter dalam memberikan terapi. Ada berbagai golongan obat yang digunakan dalam pengobatan gagal jantung, salah satunya adalah digoksin. Saat ini telah diketahui bahwa tidak semua pasien gagal jantung perlu diberikan digoksin. Tujuan : Mengetahui apakah indikasi pemberian digoksin kepada pasien gagal jantung yang berobat jalan di RSUP dr. kariadi Semarang sudah sesuai dengan pedoman pengobatan gagal jantung yang digunakan secara internasional. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data penelitian berupa rekam medik pasien gagal jantung rawat jalan yang mendapat terapi digoksin di RSUP dr. Kariadi Semarang pada bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2011 serta dilengkapi oleh data EKG dan ekokardiografi. Data dikumpulkan dengan metode total sampling. Pada penelitian ini indikasi pemberian digoksin mengikuti pedoman tata laksana gagal jantung yang diterbitkan oleh European Society of Cardiology (ESC) dan American Heart Association (AHA), yaitu pasien gagal jantung dengan AF atau pasien dengan irama sinus tetapi dengan Left ventricle ejection fraction (LVEF) ≤ 40%. Hasil : terdapat 121 pasien yang menerima terapi digoksin, 74 pasien (61,2%) menerima terapi digoksin sesuai dengan indikasi. Alasan pemberian terapi digoksin adalah atrial fibrilasi (n=18, 14.9%), LVEF ≤ 40% (n=21, 17.4%), atau keduanya (n=35, 28.9%). Sebanyak 47 pasien (38,8%) mendapatkan terapi digoksin tanpa indikasi. Kesimpulan : Terdapat 61,2% pasien yang menerima terapi digoksin sesuai dengan indikasi dan 38,8% pasien tidak sesuai indikasi. Kata Kunci: gagal jantung, rawat jalan, atrial fibrilasi, Left ventricle ejection fraction ≤40%, digoksin

    PERBANDINGAN KETEBALAN INTIMA MEDIA ARTERI KAROTIS ANTARA PASIEN HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELLITUS DAN TANPA DIABETES MELLITUS

    No full text
    Background: WHO in 2014 showed that 22% of adults had hypertension and each year 9.4 million people died due to complications of hypertension. Hypertension is a risk factor for atherosclerosis. Diabetes mellitus often occurs along with hypertension. Individuals with diabetes have an increased risk of atherosclerotic disease 2-4 times higher than individuals without diabetes. Carotid intima-media thickness (CIMT) through the carotid vascular ultrasound can assess the subclinical atherosclerosis. Objective: Comparing mean CIMT among hypertensive patients with and without diabetes. Method: This is an observational study with cross sectional design using consecutive sampling method. Group I consisted of 16 hypertensive subjects without diabetes and group II consisted of 16 hypertensive subjects with diabetes. The mean CIMT values were analyzed based on the age, gender, dyslipidemia status, obesity status, level of physical activity, smoking history, and diabetes status. Statistical analysis was done by Mann Whitney test and Kruskal Wallis test. Results: The mean CIMT in hypertension without diabetes was 0.75±0.32 mm, while on hypertension with diabetes was 0.95±0.43 mm. There were 11 subjects with abnormal CIMT (> 0.9 mm). Mann Whitney test showed difference in mean CIMT by diabetes status was not significant. 68.8% of the subjects had dyslipidemia. There was significant difference between the mean CIMT based on dyslipidemia status. The place of this research was secondary healthcare, thus some subjects had manifestations of atherosclerotic disease. Conclusion: Difference in mean CIMT by diabetes status in hypertensive patients was not significant. Keywords: hypertension, diabetes mellitus, atherosclerosis, CIM

    Pengaruh Aromaterapi Rosemary Terhadap Atensi

    Full text link
    Latar belakang : Aromaterapi merupakan suatu metode pengobatan alternatif berupa media bau-bauan yang berasal dari bahan tanaman mudah menguap. Selain berperan sebagai media relaksasi, aromaterapi juga memiliki pengaruh yang positif terhadap beberapa fungsi kognitif. Salah satu parameter untuk mengevaluasi kemampuan kognisi adalah atensi. Atensi merupakan suatu USAha pemusatan pikiran terhadap suatu objek untuk menghadapi objek tersebut dimana melibatkan berbagai macam aspek psikologis dan neurologis. Atensi terdiri dari tiga aspek, yaitu alerting, orienting, dan executive attention.Tujuan : Mengetahui pemberian aromaterapi rosemary terhadap peningkatan atensi.Metode : Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Undip (n=20) yang diukur atensinya menggunakan software Attention Network Test sebelum dan sesudah diberikan paparan aromaterapi Rosemary selama ± 30 menit. Atensi antara sebelum dan sesudah bermain video game dianalisis menggunakan uji T berpasangan, sedangkan Perubahan atensi antar kelompok dianalisis dengan menggunakan uji T tidak berpasangan.Hasil : Ditemukan rerata peningkatan atensi pada fungsi alerting subjek penelitian yang diberikan paparan aromaterapi rosemary selama ± 30 menit dari 47,77 ± 21,77 ms menjadi 29,00 ± 6,14 ms dengan p = 0,001 (p &lt; 0,05).Kesimpulan : Pemberian paparan aromaterapi rosemary dapat meningkatkan atensi pada fungsi alerting

    Perbedaan Nilai Range of Motion (Rom) Sendi Ekstremitas Atas Sebelum Dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia Menpora Pada Kelompok Lansia Kemuning Banyumanik, Semarang

    Full text link
    Background: Higher life expectancy led to increasing number of elderly and health problems, including difficulty in ADL\u27s and IADL\u27s activities. Getting older, flexibility decreases, while MENPORA elderly gymnastics is a form of exercise that is easy for the elderly to improve their range of motion (ROM). Objective: Proving MENPORA elderly gymnastics training can increase value of upper limb joints\u27 ROM in Kemuning elderly group, Banyumanik, Semarang. Methods: The study is one group pretest-posttest quasi-experimental design. Samples are elderly people in Kemuning, Banyumanik, Semarang, who met inclusion criteria and no exclusion criteria (n=11); upper limb joints\u27 ROM were measured with universal goniometer. Data distribution tested with Saphiro- Wilk. Normal distribution tested with paired T-test, while abnormal distribution tested with Wilcoxon test. Results : The upper limb joints\u27 ROM difference on the elderly after MENPORA elderly gymnastics are : articulatio humeri: abduction : right: (-24.545±11.058°) ,p=0.00, left: -24.909±11.058°, p=0.00; adduction:right:(-10.909±11.794°), p=0.012, left:(-17.727±13.850°),p=0.002; flexion: right:(-18 636±16.747°), p= 0.012, left: : (-17.727±13.850°,p= 0.002,p=0.012; hyprextension: right: (Z = -1.962°) ,p = 0.040, left: (-9.091±4.908°),p=0.010 ; articulatio cubiti: flexion: right: (10.455±10.829°), p= 0.009, left: (Z=-2,825), p=0.005 ; hyperextension: right: (Z=-2.236 °),p = 0.025, left: Z=(-2,00),p=0.046; articulatio radiocarpea :flexion right:(13.636±7.447°), p= 0.00, left; (Z=-2.829),p=0.005; hyperextension right: (Z = -2.754 ° ) , p = 0.006, left: (-9.091±4.908),p=0,00 . Conclusion: MENPORA elderly gymnastics training can increase the value of the upper limb joints\u27 ROM in Kemuning elderly group, Banyumanik, Semarang

    Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia

    Full text link
    Latar belakang : Semakin tinggi usia harapan hidup suatu negara menyebabkan semakin banyak pula jumlah lansia yang ada di negara tersebut. Hal tersebut diikuti dengan tingginya masalah kesehatan yang ada pada lansia, salah satunya adalah gangguan tidur. Lebih dari setengah populasi lansia sering mengeluhkan adanya gangguan tidur di malam hari. Senam lansia merupakan salah satu contoh aktivitas fisik yang direkomendasikan oleh WHO agar dapat dilakukan oleh lansia untuk memperbaiki kualitas tidurnya. Jenis senam lansia yang sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah Senam Lansia Menpora, Senam SKJ Lansia, Senam Lansia Tera, dan Senam Osteoporosis.Tujuan : Membandingkan kualitas tidur lansiayang rutin melakukan latihan senam lansia dan yang tidak rutin mengikuti latihan senam lansiaMetode : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang (cross-sectional). Sampel penelitian adalah 36 anggota kelompok Warga Lanjut Usia Nangka (WULANA) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dipilih secara purposive sampling. Pengukuran kualitas tidur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Distribusi data diuji normalitasnya dengan uji Saphiro-Wilk. Uji hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney untuk membandingkan kualitas tidur kelompok yang rutin dan tidak rutin melakukan senam lansia. Perbedaan dinyatakan bermakna jika p&lt;0,05Hasil : Rerata nilai kualitas tidur pada kelompok lansia yang rutin mengikuti senam lansia adalah 2,78 ± 0,88, sedangkan rerata nilai kualitas tidur pada kelompok lansia yang tidak rutin mengikuti senam lansia adalah 6,00 ± 2,70. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan tersebut bermakna (p=0,000)Kesimpulan : Rerata nilai kualitas tidur pada kelompok yang rutin melakukan senam lansia lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang tidak rutin melakukan senam lansia

    DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORATORIUM KLINIK SWASTA DI KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Background: Obesity is a multifactorial disease and is a dangerous factor for the onset of serious diseases such as dyslipidemia, stroke, coronary heart disease, etc. Dyslipidemia is a disorder of lipid metabolism is marked increase in total cholesterol, LDL cholesterol, triglycerides and decreased HDL cholesterol in the blood. Shah SZA et al (2008), who have conducting research in Pakistan with majorities subjects from both sides (obesity and non obesity) in urban society. On comparation of lipid profile between two groups, average of total cholesterol not significantly different (P>0.05), and average value of total cholesterol per HDL, total LDL cholesterol and TG in group of obesity significantly different (P<0.05). Aim: Knowing the differences in lipid profiles between obesity and non obesity in the department of Dr. Kariadi and private clinical laboratories in the city of Semarang. Methods: This research is an analitical observation with cross sectional design. Samples on this research is based on medical record datas from patients with dyslipidemia with obesity and non obesity from more than 30 years old in RSUP dr. Kariadi and two clinical laboratories in Semarang, that observed between October 2011 until March 2012. The datas were process by using Chi square method. Results: This research is used 363 samples of hypercholesterolemia (p = 0.457), hypertriglyceridemia (p = 0.001), hypo-HDL in male gender (p = 0.010), hypo-HDL in the female sex (p = 0.097), hyper-LDL (p = 0.256), and mixed dyslipidemia (p = 0.069) Conclusion: Hypertriglyceridemia and hypo-HDL in male sex between obese and non obese, and found significant differences whereas hypercholesterolemia, hypo-HDL in the female sex, hyper-LDL, mixed dyslipidemia between the obese and non obese differences found but non-significant. Keywords: dyslipidemia, hypercholesterolemia, hyper-LDL, hypo-HDL, hypertriglyceridemia, obesity, non obesit
    corecore